Baterai tipe litihium-ion yang harus diisi selama berjam-jam dan rawan meledak mungkin akan segera menjadi bagian dari masa lalu.
Ini karena sekelompok peneliti dari Universitas Standford, AS, telah menciptakan baterai yang tak hanya lebih aman, namun bisa diisi dalam waktu cuma semenit.
Seperti dirangkum KompasTekno dari Daily Mail, Selasa (8/3/2015), baterai yang dimaksud dibuat menggunakan teknologi aluminium ion, di mana anoda dari aluminium digabungkan dengan katoda berbahan grafit dan cairan elektrolit dalam kemasan yang fleksibel.
“Baterai kami tidak akan terbakar, bahkan bila Anda melubanginya dengan sengaja sekalipun,” kata ketua tim peneliti sekaligus profesor kimia di Stanford, Hongjie Dai.
Anggota tim peneliti Ming Gong mengatakan bahwa elektrolit yang digunakan adalah “garam yang berbentuk cair di suhu ruangan” sehingga benar-benar aman.
Dia juga menambahkan bahwa baterai buatan tim peneliti Stanford itu sanggup bertahan selama 7.500 kali siklus pengisian atau 7,5 kali lebih lama dibandingkan baterai lithium ion.
“Kelebihan lain dari baterai aluminium ini adalah fleksibilitas. Anda bisa melipat atau membengkokkannya sehingga membuka kemungkinan untuk dipakai di perangkat elektronik fleksibel. Aluminium juga lebih murah dibandingkan lithium,” lanjut Gong.
Kendati memiliki sejumlah kelebihan dibanding baterai llithium ion konvensional, baterai aluminium ion bikinan tim peneliti Stanford masih harus dikembangkan lebih jauh karena saat ini baru sanggup menghasilkan voltase setengah dari voltase lithium ion.
“Kecuali itu, baterai kami punya semua hal yang bisa diimpikan dari sebuah baterai: elektroda yang murah, keamanan tinggi, pengisian cepat, fleksibel, dan masa hidup lama,” ujar profesor Dai.
Ini karena sekelompok peneliti dari Universitas Standford, AS, telah menciptakan baterai yang tak hanya lebih aman, namun bisa diisi dalam waktu cuma semenit.
Seperti dirangkum KompasTekno dari Daily Mail, Selasa (8/3/2015), baterai yang dimaksud dibuat menggunakan teknologi aluminium ion, di mana anoda dari aluminium digabungkan dengan katoda berbahan grafit dan cairan elektrolit dalam kemasan yang fleksibel.
“Baterai kami tidak akan terbakar, bahkan bila Anda melubanginya dengan sengaja sekalipun,” kata ketua tim peneliti sekaligus profesor kimia di Stanford, Hongjie Dai.
Anggota tim peneliti Ming Gong mengatakan bahwa elektrolit yang digunakan adalah “garam yang berbentuk cair di suhu ruangan” sehingga benar-benar aman.
Dia juga menambahkan bahwa baterai buatan tim peneliti Stanford itu sanggup bertahan selama 7.500 kali siklus pengisian atau 7,5 kali lebih lama dibandingkan baterai lithium ion.
“Kelebihan lain dari baterai aluminium ini adalah fleksibilitas. Anda bisa melipat atau membengkokkannya sehingga membuka kemungkinan untuk dipakai di perangkat elektronik fleksibel. Aluminium juga lebih murah dibandingkan lithium,” lanjut Gong.
Kendati memiliki sejumlah kelebihan dibanding baterai llithium ion konvensional, baterai aluminium ion bikinan tim peneliti Stanford masih harus dikembangkan lebih jauh karena saat ini baru sanggup menghasilkan voltase setengah dari voltase lithium ion.
“Kecuali itu, baterai kami punya semua hal yang bisa diimpikan dari sebuah baterai: elektroda yang murah, keamanan tinggi, pengisian cepat, fleksibel, dan masa hidup lama,” ujar profesor Dai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar